Blog Single

Bulan Mei menandai fase krusial dalam kalender bisnis—waktu di mana perusahaan mengevaluasi performa semester pertama dan bersiap menyusun strategi untuk paruh tahun berikutnya. Di tengah ketidakpastian global seperti fluktuasi harga bahan baku, perubahan kebijakan perdagangan, serta meningkatnya risiko geopolitik, peran vendor assessment tak pernah sepenting ini. Menjaga kualitas dan keamanan rantai pasok bukan lagi sekadar upaya efisiensi, melainkan bentuk nyata dari ketahanan bisnis (business resilience). p/

Vendor assessment kini menjadi alat vital untuk mengantisipasi gangguan pasokan dan potensi gagal produksi. Bayangkan jika satu vendor utama terlambat mengirim komponen karena masalah logistik internasional—dampaknya bisa merambat ke seluruh sistem operasional. Dengan evaluasi berkala yang cermat, perusahaan bisa memetakan risiko, mengidentifikasi celah kualitas, dan menindak lebih cepat sebelum masalah membesar. Di bulan Mei, saat banyak perusahaan melakukan audit internal dan persiapan laporan tengah tahun, inilah momen yang tepat untuk menyelaraskan kembali standar vendor dengan tujuan strategis perusahaan. p/

Lebih menarik lagi, tren ESG (Environmental, Social, and Governance) juga makin mendorong perusahaan untuk hanya bermitra dengan vendor yang berkomitmen pada praktik berkelanjutan. Bukan hanya soal kualitas produk, tapi juga transparansi, etika kerja, hingga jejak karbon. Melalui vendor assessment yang komprehensif, perusahaan bisa membangun rantai pasok yang tidak hanya aman dan efisien, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Karena di era sekarang, kualitas bisnis bukan cuma dilihat dari dalam—tetapi juga dari siapa yang ada di belakangnya.